KARAWANG — Publik kembali dibuat geleng kepala melihat pola berulang dalam pengelolaan proyek fisik yang bersumber dari anggaran pemerintah, baik pusat maupun daerah. Alih-alih membaik, sejumlah pekerjaan konstruksi justru kembali memperlihatkan masalah klasik: perencanaan terburu-buru, pelaksanaan terkesan asal-asalan, progres molor, hingga hasil akhir yang tidak bertahan lama.
Fenomena berulang ini membuat masyarakat menyebutnya sebagai “proyek lingkaran setan APBD”—di mana anggaran digelontorkan setiap tahun, namun persoalan yang muncul tetap sama.
Dua proyek terbaru yang dinilai menggambarkan pola tersebut adalah Proyek Sabuk Pantai Muara Pakisjaya dan Proyek Jetty Muara Sedari. Keduanya disorot karena lambatnya progres dan dugaan perencanaan yang tidak matang.
Proyek Jetty Rp2,4 Miliar Disorot Molor
Pengamat kebijakan, Asep Agustian (Askun), kembali mengkritisi lambannya pekerjaan proyek Jetty Muara Sedari yang menelan anggaran sekitar Rp2,4 miliar.
Menurutnya, sama seperti proyek sabuk pantai, Jetty Muara Sedari “mustahil” selesai sesuai target akhir Desember 2025.
“Sebelumnya saya mengkritisi proyek sabuk pantai Pakisjaya yang molor. Itu hasil pilihan atau arahan Kabid Pentahelix alias Kabid SDA PUPR Karawang. Nah, sekarang ada lagi proyek Jetty Muara Sedari dengan anggaran lebih besar yang pekerjaannya juga molor. Dua proyek itu impossible selesai pada akhir Desember 2025,” kata Askun, Selasa (18/11/2025).
Ia juga menyindir keras Kabid SDA yang dinilai terlalu banyak “bermimpi” tanpa memperhitungkan kemampuan teknis di lapangan.
“Nah inilah kabid mimpi yang sering berhalu. Akibatnya proyek yang sedang dikerjakan ini lagi-lagi tidak akan selesai sesuai perencanaan,” ucapnya.
Pertanyakan Latar Belakang Pelaksana Proyek
Askun juga mempertanyakan latar belakang perusahaan pelaksana proyek Jetty, yakni CV Cakra Buana Utama.
“Itu CV dari mana? Pilihan siapa itu? Penentunya siapa? Apakah sudah dipikirkan analisanya secara akademis? Secara teknis proyek ini tidak akan bisa diselesaikan, lalu mau bagaimana nasibnya?” tegasnya.
Ia menganalogikan penyelesaian proyek tersebut sebagai “Sangkuriang membuat Tangkuban Perahu dalam semalam”, menunjukkan ketidakmungkinan penyelesaian tepat waktu.
“Ingat ya, Kabid SDA jangan kebanyakan halu. Jangan bicara sok akademisi, jangan sok bicara pentahelix. Dalam pentahelix itu justru banyak setannya,” ujarnya dengan nada satir.
Minta Bupati Evaluasi Kabid SDA
Karena masalah yang berulang, Askun kembali mendesak agar Bupati Karawang segera mengevaluasi dan memindahkan Kabid SDA, Aries.
“Orang seperti ini masih pantaskah dipakai? Sudah tidak pantas. Lepaskan saja, pindahkan dia ke tempat yang sifatnya akademisi, bukan di tempat teknis,” tandasnya.
Dukung Gerakan Audiensi dan Aksi
Askun juga mengapresiasi rencana Ketua LMP Mada Jawa Barat, H. Awandi Siraj, yang akan melakukan audiensi atau demonstrasi terkait lambannya proyek tersebut.
“Demo silakan saja, itu hak mereka. Saya tidak ada urusan dengan itu. Intinya bagi saya, mimpi yang diharapkan Kabid SDA itu tidak terbukti,” ujarnya.
Ia juga menyoroti kabar rencana pemutusan kontrak proyek sabuk pantai.
Konon mau diputus kontrak. Putus apanya? Faktanya tidak diputus meski pekerjaan baru sekitar 20 persen,” tutup Askun.
karnata
Proyek Jetty Muara Sedari dan Sabuk Pantai Pakisjaya Dinilai Masuk “Lingkaran Setan APBD”
