Doa yang Merdekakan Hati dari Penjara Sunyi

KARAWANG – Di balik tembok tinggi yang tampak angkuh dan pintu besi yang selalu berbunyi berat setiap kali dibuka, kehidupan tak pernah benar-benar berhenti. Di tempat yang banyak orang hanya melihat sebagai ruang hukuman, sesungguhnya sedang tumbuh harapan-harapan baru—diam, namun kuat. Di sanalah doa-doa tak pernah putus, berusaha menembus batas fisik yang mengurung tubuh, tetapi tak mampu membatasi hati.

Setiap pagi di Lapas Karawang, ada suara lirih yang memecah kesunyian. Suara yang bukan keluhan, melainkan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an dari para warga binaan yang sedang mencari jalan pulang—bukan pulang secara fisik, tetapi pulang pada ketenangan. Mereka membaca dengan suara yang kadang bergetar, kadang penuh keyakinan, namun selalu jujur. Sebab bagi mereka, setiap ayat adalah langkah kecil menuju perubahan.

Berita Lainnya  Ketua Karang Taruna Kelurahan Nagasari, Sampaikan Ucapan Selamat Hari Guru Nasional 2025 ‎

Dzikir-dzikir yang terdengar di sudut-sudut mushola lapas bukan sekadar rutinitas. Itu adalah dialog hati, usaha paling tulus untuk kembali menemukan diri yang dulu pernah tersesat. Di tempat yang seolah membatasi gerak, justru ada kebebasan yang lahir dari kedekatan dengan Tuhan. Hati, ternyata, tak pernah benar-benar terpenjara.

Hari ini, seperti banyak hari yang lain, para warga binaan kembali belajar menyerahkan letih mereka kepada Yang Maha Menenangkan. Mereka belajar bahwa masa lalu bukan akhir, melainkan pintu menuju kesempatan kedua. Kesempatan yang barangkali tak banyak dipahami orang—namun begitu nyata bagi mereka yang menjalaninya.

Berita Lainnya  Pemilihan Ketua Binataruna Pandawa Pundong 1 Berjalan Kondusif, Tokoh Masyarakat Tekankan Persatuan ‎

Di balik seragam lapas, ada manusia yang sedang berproses. Ada ayah yang menyesal, ada anak yang merindukan pelukan ibunya, ada suami yang memohon kesempatan pulang sebagai pribadi yang jauh lebih baik. Mereka bukan hanya menunggu bebasnya pintu besi; mereka sedang membebaskan diri dari masa lalu yang kelam.

Lapas bukan sekadar tempat menjalani hukuman, tetapi tempat menemukan harapan. Tempat di mana jeruji tak mampu menghalangi cahaya yang ingin masuk. Tempat di mana setiap doa yang terucap selalu mencari jalan menuju langit, menembus batas-batas yang tampak mustahil.

Berita Lainnya  Pembangunan SPAM Pedesaan di Desa Pucung Menuai Sorotan, Pekerja Dianggap Abaikan APD dan K3

Sebab Tuhan tidak pernah menutup pintu bagi siapa pun. Bahkan dari balik tembok yang tidak banyak dipahami orang, Ia tetap mendengar, tetap menguatkan, tetap memberi pelukan yang tak terlihat tetapi sangat terasa.

Di sini, di Lapas Karawang, kami belajar satu hal:
Bahwa kesempatan untuk menjadi lebih baik selalu ada—bahkan dari tempat yang paling sunyi sekalipun.

#LapasKarawang
#LapasKarawangBerprestasi
#Kemenkumham
#Pemasyarakatan
#PemasyarakatanPastiBermanfaat
#DoaYangMenembusJeruji

Bagikan>>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *