KARAWANG — Perum Jasa Tirta II (PJT II) menggelar acara peringatan 100 Tahun Bendung Walahar di Hotel Swiss-Belinn Karawang, sebuah momen bersejarah untuk mengenang perjalanan satu abad bendung ikonik yang telah menjadi nadi kehidupan masyarakat Karawang dan Jawa Barat.selasa, 25/11/2025,
Seratus tahun bukanlah waktu yang singkat bagi sebuah infrastruktur untuk tetap berdiri kokoh dan berfungsi optimal. Namun Bendung Walahar di Klari, Kabupaten Karawang, membuktikan bahwa warisan teknologi masa kolonial dapat terus memberi manfaat besar bagi masyarakat hingga hari ini. Dibangun pada 1920 dan diresmikan pada 1925, bendung yang membentang sekitar 50 meter di Sungai Citarum ini dirancang untuk menaikkan muka air hingga delapan meter, memungkinkan distribusi air menjangkau wilayah Karawang bagian utara. Air dari bendung ini kemudian dialirkan melalui Induk Tarum Utara—sistem irigasi vital yang masih menjadi tulang punggung pertanian Karawang.

Dengan arsitektur kuno yang khas dan peralatan yang sebagian besar masih orisinal, Bendung Walahar menjadi bukti ketangguhan teknologi masa lalu yang dirawat penuh dedikasi oleh para profesional PJT II. Mesin penggerak berusia satu abad masih bekerja mulus, menandai komitmen kuat perusahaan dalam menjaga aset bangsa. Para operator menyebut Walahar bukan sekadar bangunan tua, tetapi “penjaga aliran kehidupan” yang terus mengalir tanpa lelah.
Setiap tahun, Bendung Walahar mengairi sekitar 174.276 hektare lahan pertanian di Karawang—wilayah yang dikenal sebagai lumbung padi nasional. Pada 2024, nilai hasil panen yang bergantung pada suplai air irigasi dari Walahar mencapai Rp7,6 triliun. Selain itu, aliran air dari bendung ini juga memasok kebutuhan air baku bagi PDAM di seluruh wilayah Karawang.
Peringatan 100 tahun Bendung Walahar menegaskan kembali relevansi infrastruktur ini di tengah meningkatnya kebutuhan air irigasi dan air baku. Keandalan Walahar tidak lepas dari komitmen PJT II dalam meratakan distribusi air, menjalin komunikasi intensif dengan kelompok tani, serta memastikan operasional berjalan profesional dan berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Direktur Utama PJT II Imam Santoso menekankan bahwa peringatan ini menjadi momentum memperkuat ketahanan air nasional.
“Walahar telah mengalirkan kehidupan selama satu abad. Tugas kami adalah memastikan aliran itu tetap terjaga untuk generasi berikutnya,” ujarnya.
Imam menegaskan bahwa teknologi hadir bukan untuk menggantikan peran manusia, melainkan memperkuat kemampuan Insan PJT II dalam menjaga kualitas layanan publik.
“Transformasi digital seperti SWOM akan memperkuat efisiensi dan akurasi operasional. Namun disiplin, dedikasi, dan kerja sama seluruh insan PJT II tetap menjadi fondasi utama keberlanjutan pengelolaan air,” tambahnya.
PJT II kini menerapkan Smart Water Operation Management (SWOM), sistem digital berbasis data real-time yang memungkinkan pengaturan debit air lebih presisi, deteksi dini gangguan, serta optimalisasi distribusi air irigasi dan air baku. Teknologi ini diharapkan mampu mengurangi risiko kekeringan pada musim kemarau dan mencegah potensi kelebihan air pada musim hujan.
Selain mengandalkan teknologi, keberhasilan menjaga fungsi Bendung Walahar selama satu abad juga merupakan hasil sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan—pemerintah pusat dan daerah, kelompok tani, serta para operator di lapangan. Kolaborasi ini memastikan distribusi air berjalan merata dan tepat sasaran, terutama pada masa tanam.
Ke depan, PJT II berkomitmen merawat Bendung Walahar sebagai tulang punggung ketahanan pangan Jawa Barat. Perusahaan akan mempertahankan keaslian peralatan lama sekaligus mengintegrasikan teknologi modern untuk monitoring dan manajemen operasional. Perpaduan antara warisan sejarah dan inovasi ini diharapkan mampu menjaga Walahar tetap kokoh seratus tahun ke depan—mengalirkan kehidupan bagi negeri.
Karnata, Renal
